Setelah ngambil ijazah, gue berencana buat bekerja di sebuah perusahaan. namun nyokap gue nyuruh gue untuk ngambil kuliah aja, sebagai anak tentunya gue mempertimbangkan kata-kata nyokap gue yang menginginkan gue menjadi seorang yang berpendidikan tinggi.
sejujurnya gue nggak begitu peduli sama pendidikan atau kuliah. Namun, keinginan orang tua nggak bisa gue abaikan begitu saja. karena siapa tahu keinginan mereka dapat membawa nasib baik bagi hidup gue.
gue sadar selama ini gue udah sering nyakitin orang tua, udah sering bikin orang tua susah payah mencari nafkah demi menghidupi gue. karena itu, bagi gue kebahagiaan mereka adalah kebahagiaan gue juga.
mereka mendaftarkan gue di sebuah universitas swasta di daerah sini, Arin juga lebih memilih kuliah dahulu untuk dapat memperbaiki nasib di masa depan nanti bersama gue.
gue sama Arin satu kampus, hanya berbeda jurusan. gue ngambil jurusan TI sementara Arin ngambil jurusan Psikologi.
setiap berangkat ngampus kita selalu bersama-sama. berbeda dengan pada saat SMA, kita memiliki banyak sahabat yang mendukung kita atau menemani kita. di kampus ini, kita hanya berdua karena sebagian besar mereka lebih memilih bekerja demi turut membantu keuangan keluarga. sebagian lainnya ada yang merantau jauh untuk belajar hidup mandiri.
"Hoi Med, apakabar?"
"baik, lo gimana fer? kemana aje lo?"
"gue kerja di daerah sono, nggak jauh-jauh amat sih dari kota ini."
Ferdi menghampiri gue dan Arin yang sedang berduaan di taman dekat kampus. seperti biasa, dia selalu menggembor-gemborkan hubungan gue sama Arin.
kita pun ngobrol bersama untuk waktu yang cukup lama, hingga Ferdi pamit pulang dan melanjutkan pekerjaannya disana.
"sayang~ aku mau pergi sama temen-temenku dulu ya."
"pergi kemana? aku anterin."
"engga usah, mereka ada di toko depan sana. dah yaa, bay bay."
Arin melambaikan tangannya, meninggalkan gue yang duduk sendirian bersama Supra X kesayangan gue.
gue enggak begitu peduli, mungkin dia pergi sama temen-temen cewek nya yang baru kenal di kampus. jadi, gue memutuskan untuk pulang sendirian dan bermain game di rumah.
'ngring ngring' hape gue berbunyi tanda ada panggilan masuk.
"halo sayang~"
"maaf ini bukan Arin, ini gue cowoknya."
seketika, hati gue langsung panas. gue langsung emosi dan memuncak. selama ini gue nggak pernah ngusik urusan pribadi Arin, selama ini gue mempercayai dia. tapi ternyata dibelakang gue dia diam-diam berhubungan sama cowok lain.
tanpa meminta penjelasan, gue langsung tutup telponnya dan langsung on the way mencari Arin.
sesampainya disebuah restoran, gue melihat Arin sedang makan bersama seorang cowok yang nggak gue kenal. gue langsung menghampiri mereka, dan 'bugh!' gue langsung mukul cowok itu.
"woi?! jawab gue?! sejak kapan lo pacaran sama Arin hah?!"
'bugh!' gue kena pukul dibagian pipi kiri.
"udah-udah medi!"
"lo manggil gue medi?! mana panggilan sayangnya hah?!"
Arin langsung narik cowok itu dan berlalu pergi bersamanya. gue ngejar, tapi ditahan sama penjaga restoran tersebut.
*Bersambung*
1 komentar:
Write komentarterusin kak
ReplyEmoticonEmoticon