Serdadu Cinta 2 : Seventeen Days

06.00


Hari itu kita semua ke pantai, di pantai itu kita bercanda, tertawa, bermain pasir bersama-sama hingga senja tiba.
gue sama Arin duduk di sebuah tikar yang memang sudah dibawa dari rumah sebagai salah satu alat pendukung acara ini.

"Happy Birthday, Sayang." gue melemparkan senyum termanis gue, gue tatap mata Arin yang berkilauan, dan tiba-tiba dia memeluk gue dengan eratnya.
"tunggu dulu, ini belum selesai. Oi bocah-bocah kampret, sini ngumpul." gue berteriak memanggil mereka semua para sahabat gue.

Ferdi membawa kue ulang tahun yang sudah gue siapkan sebelum bertemu Arin di hari ini.
"Happy birthday to you! happy birthday to you! happy birthday! happy birthday! happy birthday to you!" semuanya bernyanyi sambil tepuk tangan.
"tiup lilinnya! tiup lilinnya! tiup lilinnya sekaraang juuga! seekaraang juuga."

"fyuhh!" Arin meniup lilinnya dan "horee!" semuanya bertepuk tangan dengan meriah.
Arin menangis bahagia, memeluk gue dengan erat untuk menutupi rasa malunya.

"Makasih ya sayang, udah jadi pacar yang terbaik buat aku." Arin melemparkan senyum hangatnya ke gue dan gue tersipu malu.
"ng.. anu.. ng.. nggapapa kok, btw.. Thanks atas perhatianmu selama ini, aku bisa berdiri disini dengan semangat, aku bisa mendapat peringkat nomer satu disekolah, dan menjadi kebanggaan bagi keluarga dan teman-teman. semuanya berkat kamu, karena ada kamu disisiku."

"ciaa elaa.. Medi so sweet deh, yaudah yok kita mulai potong kuenya." Ferdi menyoraki gue diikuti dengan yang lainnya.
"Potong kuenya! potong kuenya! potong kuenya sekaraang juuga! seekaraang juugaa!"

acara yang sedaritadi ditunggu bocah-bocah pun dimulai, yaitu acara makan-makan bolu.
gue sama Arin hanya tertawa geli melihat tingkah laku mereka yang memang seperti bocah-bocah, mungkin karena yang ada di otak mereka cuma makanan doang.

"this is your seventeen days baby, aku minta maaf kalo sebelumnya aku cuek sama kamu. aku cuma pengen rencana ini berjalan perfect, hehe."
"ahh.. udahlahh, aku jadi maluu tauu." Arin cemberut dan memukul pundak gue dengan manja.

semuanya terasa indah didampingin background matahari senja yang mulai tenggelam, kami pun berfoto ria untuk mengukir kenangan di hari ini yang merupakan kenangan terindah yang selama ini belum pernah gue miliki.

sampai pada akhir acara, menjelang maghrib kita semua pulang ke rumah. Gue sama Arin pastinya, dan diperjalanan itu Arin hanya diam dan memandang langit, gue gak tau apa yang ada di fikiran Arin saat itu.
sesampainya di rumah Arin, gue langsung pamit pulang karena udah maghrib.

*To Be Continued*


 

merupakan salah satu penulis yang berkontribusi di blog Cerdiska ini.

Artikel Terkait

Previous
Next Post »

1 komentar:

Write komentar